Berlayar ke Kampung Bukisi (Bagian 2)

BukisiBon-bon dan saya sekamar di ujung kiri, Nyonya K dan mba Filipin di tengah, sementara bos besar Mas AG eksklusif dapat yang kanan untuk dirinya sendiri. Kami tak mau berlama-lama di penginapan karena hendak langsung menuju pertunjukan sesungguhnya dari wisata kali ini. Segera setelah menaruh barang, kami kembali ke dermaga dimana Karel sudah menunggu. Asal tau saja, kamar kami tidak bisa dikunci. Tapi kami tidak khawatir ada barang yang hilang, soalnya penduduk setempat sangat menjaga kepercayaan pengunjung. Tahun lalu saja, dompet teman yang tertinggal di kursi depan kamar tidak disentuh sama sekali. Dimana lagi coba bisa berwisata dengan tingkat keamanan setinggi ini?

IMG_5532Perahu pun melaju lagi membelah perairan. Riak air yang tercipta di haluan makin melebar di belakang. Cuaca rupanya sedang mencintai kami hari ini. Langit cerah. Awan berarak-arak. Laut pun berbinar memantulkan sinar mentari. Beuh! Saya sudah ga sabar menceburkan diri di pantai paling oke seJayapura: Drakisi. Jangan berpikiran kalau nama pantai ini adalah kombinasi antara Drakula + Bukisi. Drakisi adalah kampung tetangga yang hanya berisi kurang dari 5 kepala keluarga, berjarak 15 menit dari kampung utama. Tapi di sini lah saingan berat pantai di kepulauan Karibia itu berada!P1100325

Seiring mendekati pantai, sang asisten pun melangkah gesit menuju haluan untuk menuntun Karel mengarahkan perahu. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari badan perahu menghantam karang. Setelah belok kiri belok kanan, akhirnya kami merapat. Demi tuhan,  seandainya ada kata-kata yang levelnya lebih tinggi dari ‘indah’, ‘cantik’, ‘mengagumkan’, saya yakin itu pun belum bisa untuk menggambarkan pesona pantai ini. Warna pasirnya benar-benar putih hingga menyipitkan mata saking silaunya. Teksturnya pun halus. Kalau saja saya taruh segenggam dalam plastik, terus bawa pulang dan bilang “Ma, nih saya beli tepung”, beliau pasti akan percaya. Kerikil putih yang bersebaran pun mempermanis tampilannya. Untuk warna air, jangan ditanya lah. Saya kehilangan kata-kata untuk itu 😀 . Bagaimanapun, rasa lapar mengalahkan segalanya. Kami menenteng bekal menuju para-para di bawah pohon ketapang, lalu menyantap bersama sambil menikmati pemandangan.IMG_0267IMG_0297

Setelah perut terisi kenyang, kami memutuskan untuk menuju atraksi ke dua sebelum berenang. Bersama, kami menyusuri pantai di antara julangnya pohon kelapa, melewati aliran kali jernih yang mengarah ke laut, memasuki hutan serta kebun, dan sampai lah kami di air terjun setinggi kurang lebih 10 meter. Wow! Paket wisata lengkap bukan?  Pantai keren, kali jernih, plus air terjun; semua di satu lokasi! Kami pun ramai-ramai rebutan foto. Di bawah air terjun, di samping, bahkan memanjat. Anehnya, dinding tebing malah kesat, tidak licin sama sekali. Rasanya segar sekali tersiram air sedingin ini di tengah teriknya siang.???????????????????????????????P1100332P1100393P1100406IMG_0343

Puas dengan air terjun, kami pun kembali ke pantai dan langsung menceburkan diri. Airnya terasa sangat hangat setelah sensasi dingin tadi. Kami berenang cukup lama walaupun tidak begitu menikmati taman bawah air. Di bagian pesisir tidak begitu berwarna terumbu karangnya, walau banyak ikan seliweran. Pun tidak bisa berenang lebih jauh ke laut karena ombak cukup besar. Karel kemudian memberi kode untuk segera bertolak dari Drakisi karena bila air makin surut, perahu akan kesulitan mencari jalan keluar. Gulungan ombak besar menyambut kami seraya perahu meninggalkan pantai. Karel memiliki perhitungan sendiri untuk mengindar dan melewati gelombang. Hingga akhirnya kami berseru saat perahu berselancar di atas ombak. Sungguh menantang! Perahu kemudian diarahkan menuju atraksi ke tiga: Senukisi. Mungkin sampai di sini ada yang bertanya-tanya “kok pada kisi semua?”. Kisi dalam bahasa setempat berarti pasir. Sedang kata depannya saya tidak tau. Yang pastinya nama-nama tersebut memang cocok dengan kenyataannya.SAMSUNG CAMERA PICTURES

Perahu kembali berlayar di hadapan Bukisi, melewati dinding karang serta perairan yang merupakan spot snorkeling. Katanya di bawah sana ada puing pesawat perang jepang, tapi riak air yang beribu menyulitkan kami untuk melihat. Perahu terus melaju hingga memasuki ceruk melengkung berhias pantai pasir putih lainnya. Dan kerennya, terumbu karang di sini lebih bagus di bawah air yang super duper jernih. Setelah merapat, Karel menyarankan kami untuk berteduh di bawah pohon ketapang yang rindang. Layaknya Drakisi, yang tinggal di sini juga masih bisa dihitung jari. Hanya tampak beberapa rumah. Dan layaknya di Harlem, di sini juga ada laguna dengan warna zamrud yang cantik.IMG_5710 - Copy

Sedihnya kami tak bisa berlama-lama di sini karena tak lama kemudian beberapa perahu berpenumpang puluhan orang berdatangan. Salah satunya mendekati Karel, membicarakan sesuatu. Karel kemudian menyampaikan pada kami bahwa mereka sedang berduka karena ada anggota masyarakat yang meninggal. Pantas saja ada yang bawa sekop tadi untuk menyiapkan kuburan. Kami tak punya pilihan lain selain menghormati adat setempat dengan langsung cabut kembali ke penginapan.SAMSUNG CAMERA PICTURES

(Bersambung)

36 responses to “Berlayar ke Kampung Bukisi (Bagian 2)

  1. A more fluid and relax piece. As a reader, I am looking forward for more of your postings.
    The place is 7th Heaven…. You are very lucky to be in Papua.
    I envy you guys. Salam kangen to all.

  2. Haii Fier..
    Salam dari Jakarte 🙂

    Mantap banget yah pantainyaaa.. 😀 biru bening gitu.. semoga someday bisa ke Papua yaa.. 🙂

  3. Pingback: Beach Skouw: A Place for a Special Dreamer | Eat, Pray, Travel!

  4. Pingback: Talassa: Pantai Tak Terencana | Eat, Pray, Travel!

Leave a reply to dani Cancel reply