Pesisir Paling Timur Indonesia: Pantai Koya

Pantai Koya“Ko tahu tugu yang dekat POM bensin lama to?”1 kata kakakku saat kami berdua sedang duduk-duduk di teras depan rumah. Saya sebenarnya ogah menanggapi, menoleh pun malas, akibat dikuasai perasaan jengkel karena tidak diajak lari pagi, tadi. Lagipula apa pentingnya pertanyaan ini, “Iyo too”2, jawabku akhirnya sambil mendengus, “kenapa jadi?”3 balik kubertanya. “Tadi pas lari pagi lewat situ, tong berhenti sebentar. Ternyata dalam kolam tuh ada ikan-ikan kecil”4 jelasnya sambil menerawang, membayangkan yang baru saja dia katakan, seakan-akan kolam penuh ikan tersebut tiba-tiba muncul di teras rumah kami yang sempit. Saya berusaha menyusupi pikiran kakakku saking penasarannya, mencoba mengimajinasikan hal yang sama. Tapi apa daya, patungnya saja masih samar-samar di gambaran. Lagipula, saya memang tidak pernah benar-benar memperhatikan tugu itu setiap kali melewatinya.

Saya jadinya malah makin jengkel, “ikan-ikan jelek saja moo!”5, ejekku dalam hati. Tak menyadari ledekanku, kakakku terus melanjutkan ceritanya, tapi saya sudah malas mendengar. Segera kukumpulkan mainan robot-robot plastik di lantai, lalu berlari menuju ibuku di dapur…

 

18 tahun pun berlalu…..

Continue reading

Main ke Tetangga Sebelah: PNG (Bagian 2)

SAMSUNG CAMERA PICTURESEntah dari umur berapa hingga SMA, saya anehnya tidak suka tidur di kasur. Saya lebih memilih menjalani malam di atas bangku panjang yang sudah menjadi tempat tidurku bertahun-tahun. Yang saya sukai sebenarnya bukan berbaring di atas sponsnya yang sudah tipis, melainkan pemandangan pagi yang didapat saat terjaga. Tepat saat membuka mata, dari balik jendela, saya disambut oleh daun-daun kekuningan yang berguguran di awal hari. Biasanya saya habiskan sepuluh menit hanya untuk melihat rimbunan pepohonan jauh di sisi bukit sana menggugurkan daunnya yang renta. Bahkan terkadang, saya merasa pohon-pohon itu sengaja menahan setiap helai dedauannya yang telah menguning, hanya untuk memberiku atraksi ala musim gugur lebih lama saat terbangun di hari Minggu. Tapi pagi ini, sensasi itu berganti oleh kicauan burung yang saling beradu dari dalam hutan. Hawa dingin khas pagi pun membuatku malas membuka mata. Tok, tok, tok..terdengar ketukan pelan “bangun, tukang tidur” bisik suara di balik pintu. Walau masih terlalu malas untuk bangkit, saya pun memaksa diri “oke”, sahutku, lalu membuka pintu.
Continue reading

Main ke Tetangga Sebelah: PNG (Bagian 1)

SAMSUNG CAMERA PICTURESKalau kita ditanya “Negara mana kah yang serumpun dengan Indonesia?”, saya yakin semua yang membaca jurnal ini akan menjawab Malaysia. Mungkin sekian persen kemudian akan menyebut Brunei. Atau ada juga yang  menambahkan Singapura. Tak heran lah jawabannya seperti itu. Indonesia kan identik dengan Melayu, atau yang tampilannya tak jauh-jauh dari etnis satu itu. Bagaimanapun, pernah kah kita berpikir bahwa bangsa yang pernah menjadi bagian dari kesatuan RI juga adalah saudara serumpun: Timor Lesté? Atau lebih jauh lagi, bangsa kita masih berhubungan darah dengan PNG alias Papua Nugini. Sebagian dari kita pasti heran, terutama orang Indonesia Barat: dari warna kulit dan bentuk rambut saja beda, kok sodaraan? Ya itu pendapatmu. Tapi bagi kami yang tinggal jauh di Timur, PNG termasuk bangsa serumpun.
Continue reading

Talassa: Pantai Tak Terencana

Pantai Talassa“Rp 800.000??!” seru saya kaget, mendapat jawaban yang sangat tak disangka. Bagaimana mungkin pantai yang jaraknya hanya 150 meter dari Harlem harganya bisa dua kali lipat. Yang benar saja, pikirku kesal, curiga sang pembawa perahu (selanjutnya disebut “Kakak Timo”) tersebut sedang memainkan harga. Saya memandang tak percaya pada Mba Filipin, yang juga memberikan tatapan itu. Cukup sudah kami habis-habisan perjalanan kemarin ke Pantai Maramai—karena jarak semakin jauh, Bapak P minta dibayar lebih tinggi dibanding minggu sebelumnya. Oke lah tak apa kami bayar ekstra untuk perjalanan tersebut, setidaknya kami ke tiga pantai sekaligus. Lah ini! Cuma selemparan batu dari dermaga Depapre, harganya kok malah bikin pagi indah ini seketika jadi mengecewakan.
Continue reading

Yoo Ramai-ramai ke Pantai Maramai

Pantai MaramaiMinggu pertama di bulan September benar-benar melelahkan. Rasanya cukup aneh memulai bulan ini bukan dengan rasa ceria, seperti yang selama ini menjadi jargon andalannya. Setelah liburan penuh semangat ke Pantai Pasir 6 dan Pantai Skouw Sabtu kemarin, seminggu penuh kami bergelut dengan kesibukan kantor sekaligus rapat dan mengurusi berbagai keperluan kompetisi Spelling Bee yang, terima kasih Tuhan, hari ini telah kami tuntaskan. Acaranya sukses besar dan benar-benar menguras tenaga—dalam arti sebenarnya karena saya dengan suka rela mengangkat meja, kursi, serta pengeras suara super besar dari lantai tiga ke tempat parkir. Ya, anggap saja fitnes secara akhir-akhir ini saya sering bolos. Continue reading

Weekly Photo Challenge: Gone, but not Forgotten

This week’s challenge is quite special, I think. “Gone, but not forgotten”, this reminds me nothing but my childhood; when none really mattered but playing every day; when everything seemed bigger and magical; and when the only biggest problem was homework (especially Maths, hehehe). I got my own photos when I was a kid, but I chose to post these pictures for I love doing photography (as hobby). They were taken in my lovely hometown Jayapore (Papua-Indonesia).

A truly colorful day for the baby :D

A truly colorful day for the baby 😀

Continue reading

Beach Skouw: A Place for a Special Dreamer

Pantai Pasir 6 dan Skouw1Serene; Alone; Distant; Words which reflect a dream for those who love to enjoy loneliness. Well, perhaps loneliness is a strong word for people who are alone are not automatically lonely. Maybe one likes to stay in his room and does whatever he loves to do. Maybe two people, alone, feel like being together and don’t mind others’ business. Or maybe five people who, at that time, wanted to be an outcast just for once in their lives, trying to find a serene and distant place where some of them finally found that one of their precious dreams had come true. Continue reading

Weekly Photo Challenge: Converge

I was a bit confused to define converge in my own perspective, but yeah, here they are:

This photo was taken in Amsterdam Fort in Hila, Ambon.

This photo was taken in Amsterdam Fort in Hila, Ambon.

Continue reading

Ber-5 ke Pantai Pasir 6

Pantai Pasir 6 dan SkouwPernahkah kalian membuat sebuah perjanjian tanpa tanda legalitas? Hanya berdasar pada asas kepercayaan? Itu pun kepada orang yang baru saja dikenal. Hufff..itu lah yang kami lakukan, saya dan Mba Filipin. Kami nekad pergi mencari orang yang menyediakan perahu cepat untuk disewa. Awalnya kami bingung karena begitu banyak rumah panggung yang berdiri di atas pantai; entah keluarga mana yang memiliki perahu. Yang pastinya salah satu dari penghuni Kampung Vietnam (saya sendiri tidak tahu kenapa namanya seperti ini kalau kalian bertanya) ini mau lah menyewakan. Setelah tanya kiri-kanan, akhirnya kami berakhir di rumah paling ujung, dijamu oleh tuan rumah bernama Bapak P. Continue reading

Berlayar ke Kampung Bukisi (Bagian 3)

Bukisi2Hari sudah mulai gelap saat saya terbangun. Tampak langit membiru tua dari balik jendela, perlahan-lahan berganti warna lembayung. Saya bangkit lalu duduk dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur. Kepala agak pening, kulit pun serasa panas dan lengket karena belum dibilas air tawar. Saat kembali ke penginapan tadi, saya langsung terlelap akibat kelelahan berenang serta kurangnya tidur semalam. Segera saya ambil hamduk dan sabun di tas, kemudian menuju kamar mandi yang terletak di bawah. Terdapat dua bilik, tapi hanya satu yang bisa dipakai. Walaupun semua ala kadarnya, air bersih di Bukisi sangat lancar dan melimpah. Mengalir tanpa henti dan terasa segar di kulit. Tak tahu dari mana air ini berasal, yang pastinya seakan takkan pernah habis. Hal ini berbanding terbalik dengan keadaan rumahku di kota yang hanya dialiri air dua kali seminggu. Itu pun terkadang seminggu penuh tidak ada air sama sekali hingga harus beli air tangki sekian liter. Continue reading