Cari Penginapan di Little India

     Saat berjalan memasuki bandara, mata saya jelalatan cari orang Indo, siapa tahu bisa dijadikan teman jalan. Tapi kok ya banyaknya pada bergerombol, saya kan jadinya malas gabung. Saya pun terus berjalan sambil mengikuti petunjuk dari plang yang digantung dilangit-langit, menuju pintu keluar. Dari hasil pencarian saya di inet, katanya kita bisa naik MRT dari bandara. Tapi dimana transportasi ini saya ga tahu. Jadilah saat melewati ruang pengambilan bagasi, saya bertanya pada petugas bandara. “Excuse me. Can you tell me where I can get the MRT?” . Dia pun menjawab dengan bahasa Inggris yang aksennya sulit saya mengerti,
dan telinga saya hanya menangkap beberapa kata: “Go straight”, “go up”, dan “Skytrain”. Saya pun hanya mengangguk-angguk, kemudian berlalu mengikuti arah yang tadi ditunjuknya.
Saya pun menemukan eskalator dengan plang “Skytrain” menggantung diatasnya. Setelah menaiki eskalator, saya berakhir di sebuah ruangan luas yang penuh dengan tempat duduk. Ya ampun, mana skytrainnya nih? Tiba-tiba ada bunyi bising, dan sebuah kereta muncul diruangan yang menjorok, oh ruangan itu ternyata peron ya. Saya sempat ragu untuk menaikinya, soalnya saya ga tau harus bayar berapa (yang ternyata belakangan saya tau gratis!). Mana duit saya pecahan $ 50 semua lagi. Saya pun sengaja  melewatkan kereta itu, dan menunggu kereta lain datang.
Diperon , saya liat seorang pria yang saya tebak seumuran dengan saya, dan yakin dari Indo. Matanya sih rada cipit, namun kulitnya tidak terlalu kuning. Mungkin peranakan, pikir saya. Tiba-tiba suara bising itu datang lagi, diikuti oleh kereta. Kami semua pun naik. Sambil mengambil posisi berdiri, saya dekati pria itu. “Excuse me, are you Indonesian?” tanya saya. “No, I’m Malaysian”, jawabnya ramah, membuat saya malu sekali karena langsung menuduhnya orang Indo. “Oo. I thought you were from my country. Your face is so Indo. Hehe. Btw, can you tell me where I can get the MRT?” tanya saya lagi. “I’m looking for it too” jawabnya. “Well, maybe we both can go to the MRT station. Mmm, I’m Fier by the way”. “I’m Lim Chen Tat. But, just call me Chen”
Kami pun ngobrol ngalor ngidul. Wah, ternyata si Chen ini selain lancar berbahasa Mandarin, Hokkien, dan Inggris, dia juga bisa berbahasa Melayu. Tapi saya lebih memilih berbahasa Inggris dengannya, karena saya yakin bahasa Melayunya ga terlalu bagus. Setelah sampai diterminal bandara lainnya, kami mencari stasiun MRT. Kami berdua pun membeli kartu EZ-Link. Melihat penjaganya (hampir) bertampang melayu, saya pun dengan pede bekata “Permisi, saya mau beli kartu EZ-Link”. Dengan muka lempeng.com dia menyahut “Excuse me?”. Shit! saya pun kembali bertanya menggunakan bahasa Inggris.
“So, where are you going?” tanya Chen. “I’m going to Little India station. I’m going to look for hostel there. It’s said that hostels are cheap there” jawab saya. “I see. So, you’d better alight at Outram Park station, and change the train there. I’ll alight at Bugis station, so I’m afraid I can’t accompany you” kata Chen. “Well, that’s alright. You’ve been very kind to me” sahut saya. “I live in Penang, by the way. If you have time, please come by” kata Chen. “Sure, I’ll go there if I have time”. Kami pun bertukar FB dan no hape.
Saat MRT memasuki stasiun Bugis, kami pun berpisah. Dan tinggal lah saya sendiri ditengah orang-orang yang sibuk memainkan iPhone serta berbicara dalam bahasa yang ga saya mengerti. Cukup aneh — itu yang saya rasa. Di Indo, etnis Cina jarang sekali berbahasa Cina ditempat umum. Namun disini, telinga saya hampir hanya menangkap bahasa itu. Ditambah lagi bahasa Tamil yang membuat kepala saya makin pusing. Tapi satu hal yang saya suka, hampir semua dari mereka bisa berbahasa Inggris.
Saat laju kereta melambat, pintu pun terbuka. Berhubung stasiun Outram Park adalah stasiun persimpangan (Interchange), jadinya tempat ini ramai sekaleee. Dan,  wuaaaahhh! Saya pikir kereta bawah tanah itu hanya satu lantai dari permukaan, eh ini bisa sampai 3 lantai kebawah. Haha, dasar udik! (biar saja). Saya pun berjalan menuju MRT berwarnah ungu. Yang saya suka, banyak sekali plang petunjuk jalan, jadinya ga bakalan nyasar deh. Dan saat saya telah menemukan kereta menuju Little India, saya langsung paham mekanisme perjalanan transportasi ini. Acungan jempol kiri-kanan buat Singapura, mereka sangat memudahkan turis!
Tak lama kemudian, akhirnya saya turun di stasiun Little India. Saat berjalan menyusuri trotoar, saya perhatikan bersih sekali Singapura ini. Dan tak tau kenapa, saat di Indo kebiasaan buruk saya adalah meludah sembarangan, dan tiba-tiba disini air liur saya seakan-akan kering. Apakah untuk menghormati peraturan disini atau karena takut denda, saya ga tau. Krucuk-krucuk…perut saya meronta minta makan. Ternyata paket super puas Kei Ef Si tadi pagi ga bisa lagi mengganjal perut, jadinya kotar-katir saya cari resto halal. Dan akhirnya saya nemu resto Kaaraikudi* yang bersertifikat halal. Saya pun pesan paket nasi ayam. Niatnya sih pesan teh manis hanget, eh kok yang datang teh tarik. Tapi setelah diminum, enak gila! Saya cinta teh tarik. Nasinya sih agak aneh buat saya, ga lengket gitu seperti di Indo. Tapi ya, karena lapar mampus, saya sikat aja. Semuanya seharga $ 7, wah murah sekali, pikir saya. Saya pun dengan sok nya ngasih tip buat pelayan $ 2. Dan saat lagi santai-santai menunggu makanan turun, saya iseng-iseng konversikan $ 9 ke rupiah, dan, alamak! Rp 63 ribu! Jangan lagi kasih tip! Wong makanannya aja udah mahal!
(Bersambung…)

16 responses to “Cari Penginapan di Little India

    • sblumnya maaf mas kalo tulisan saya bagi mas berbau rasis..
      tapi itu hanya pandangan saya, pengalaman saya selama saya tinggal di Papua atau Bogor,
      saya jarang mendengar percakapan dalam bahasa Cina.
      saya juga ga mendiskreditkan suatu etnis dan bahasa mereka..
      diluar dari itu, itulah mengapa Medan jadi tujuan saya berikutnya..
      saya suka tempat yang ada pencampuran etnis..
      bagi saya itu menarik..;-)

  1. setujuuuuuu,,
    secara aku juga pengguna kereta bogor-jakarta,,
    klo udah kereta pagi,, haddddeeeh rame banget,, apalagi kereta ekonomi,, amppuuuun,, 🙂

    • wkwkwkwkwkk..ember gan!
      ada cerita nih..
      saya pernah ngajak adik dari Papua keliling2 di Jakarta
      kata dia: “Iih, aku nyesel ga kuliah di Jakarta”
      tapi pas aku ngajak naik kereta dari Beos – Cawang
      kata dia: “Hadeeuuhh, syukur aku kuliah di Manokwari”
      hahahahaha..dia kaget pas naik kereta yang puadat banget..
      semuanya umplek2an..mo keluar aja susah..jadinya ya, dorong-dorong gitu..
      hehehe

  2. hahahaha,,, kapok ya adiknya naik kereta,, hahaha
    traaagiiiis memang kereta indonesia.. hiiiihii
    yah tapi gini2 saya pengguna kereta,, mau gimana lagi ,, hahha
    nikmati ajah lah,haha

  3. mas penginapan di little india yang murah namanya apa? dan harganya berapa dalam dollar $ singapura.. 😀 trims, kebetulan kami bulan july akan kesana untuk KKL

    • ada yang namanya Prince of Wales di daerah Little India, bentuknya dormitori. satu dormitori ada 6 tempat tidur.
      letaknya di jalan Dunlop, naik MRT turun aja di stasiun Little India. Nanti liat aja di peta, atau tanya sama pemilik toko. Dari situ, penginapannya tidak jauh dari stasiun itu. Harganya satu tempat tidur 22 dollar Singapura, tapi kalo bisa kamu tawar aja sampe 20 dollar. OKE
      ada juga penginapan namanya Incrowd Hostel, berseberangan dengan Prince of Wales.
      baca aja tulisan ini gan.

  4. halo mas, saya juga lagi merancang perjalanan ke Singapur-Malaysia nih. saya baca2 lengkap dulu ya blognya. ntar mungkin saya nanya2 🙂

    btw, saya juga orangnya nekad, tapi sayangnya saya cewe, jadi saya merasa tetep ga aman klo cewe jalan2 sendirian keluar negeri. huhu T_T

Leave a reply to pelancongnekad Cancel reply