Pengalaman Lucu Berbahasa

       Banyak pengalaman unik yang didapat saat melancong , entah itu pemandangan yang spektakuler dan eksotik, gegar budaya karena perbedaan tradisi, maupun kendala dalam berbahasa. Nah, yang terakhir disebut itu banyak membawa pengalaman lucu saat saya melancong , dan kali ini saya ingin bercerita pengalaman-pengalaman itu dijurnal terbaru ini.

       Saat melancong keluar negeri, bahasa Inggris sangat lah membantu , karena bahasa ini berlaku di sebagian besar negara-negara didunia. Saat saya melancong ke Sing, Malay, dan Thai bulan Juli kemarin pun bahasa Inggris sangat membantu, bagaimana saya harus bertahan hidup di negara orang dengan hanya berbicara bahasa Inggris selama 10 hari , yang diselingi dengan berbicara Bahasa Indo sekali-sekali aja, dan ajaibnya, setelah kembali ke Indo, bahasa Inggris saya makin lancar (Alhamdulillah).

       Untuk yang hobi melancong di negara-negara Asia Tenggara, bahasa Melayu banyak menolong lah, karena wilayah peggunaannya mencakup Indonesia, Timor Leste, Singapura, Malaysia, Bruney, dan Thailand bagian selatan . Lucunya, saya memiliki sahabat asli Singapura yang ngotot ngomong bahasa Inggris dengan saya. Dia adalah salah seorang blogger Multiply, dan walaupun kami berdua sama-sama orang Melayu, dia menolak ngomong Melayu dengan saya , padahal saya udah berkali-kali minta ke dia untuk ngomong Melayu aja sama saya, alasannya sih karena takut saya ga ngerti. Padahal, saat dengerin dia ngomong sama Ibunya, saya bisa lah nangkep maksudnya, yang bikin susah ngertinya tuh karena aksennya dia aja, bukan kata-kata yang dia pakai . Bagaimanapun, saya sedikit merasa aneh saat terpaksa ngomong Melayu dengan Ibunya teman saya: saat itu kami sedang dipasar, nungguin temen saya yang lagi ke toilet. Saya pengen banget ngeliat apa yang dijual dipasar itu, lalu saya pun ngomong ke Ibunya temen saya itu “Em, Bu, saya nak tengok-tengok kesana sekejap”.

       Kejadian lucu lainnya terjadi saat saya naik bus dari Johor Bahru ke Kuala Lumpur. Saat itu masih di seputaran Johor Bahru, jadi masih ada lah pemandangan jejeran pertokoan. Saat melintasi salah satu jejeran toko, saya baca salah satu plang yang tergantung diatas toko yang kalo ga salah tertulis ‘Pusat Perbaikan Hawa Dingin Kereta’. Wow, hebat juga ya AC kereta bisa diperbaiki di bengkel itu…tapi gimana bawa keretanya kesini? Pikir saya heran . Baru beberapa menit kemudian saya menertawai diri sendiri karena mengira kereta itu adalah kereta beneran seperti kereta Commuter Line yang melayani rute Jakarata-Bogor, padahal artinya adalah ‘mobil’ . Pernah juga saat saya beli nasi lemak di minimarket pom bensin, waktu itu dalam perjalanan Kuala Lumpur – Penang. Saat kasirnya ngomong Melayu sama saya, dahi saya langsung mengerut karena omongannya itu benar-benar terdengar baru ditelinga saya, dan konyolnya lagi saya malah menyahut pake bahasa Inggris “excuse me?”. Dia tampak kaget karena pasti sebelumnya mengira saya ngerti omongannya dia, “One Ringgit” katanya lagi, dengan tampang masa sih lu ga ngerti omongan gue barusan . Hahaha, selesai membayar, saya pun bilang “Maaf, saya tidak mengerti basaha Melayu, saya berbicara Bahasa Indonesia” lalu berjalan keluar. Si Kasir ngeliat saya dengan tampang ga percaya..hehehe, saya ngerti lah, yang ada dalam pikirannya pasti tadi gue ngomong, elu ga ngerti, eh, giliran elu yang ngomong, kok gue ngerti sih.

       Pernah saya ada pada situasi yang menjengkelkan dimana orang yang saya ajak bicara itu tidak mengerti bahasa yang saya gunakan. Waktu itu saya di penginapan Hutton Lodge di Penang. Karena Bahasa Indo dan Melayu itu sodara kembar, saya pikir pasti ngerti lah kalo saya ngomong Bahasa Indo . Nah, di suatu malam yang dingin dan menyenangkan, saya pergi ke dapur untuk minta air minum. Ya ampun, itu saya jelasin ke petugasnya pake bahasa Indo dan Inggris tapi ga ngerti-ngerti, hanya untuk minta air di teko. Nyerah, saya pun kembali ke kamar . Eh, tau-taunya seorang bule cewek masuk ke kamar sambil nenteng air mineral botol yang notabene adanya di dapur juga. “Doi ngerti apa yang lu bilang?!” kata saya ga percaya . “Ga juga. Gue langsung nunjuk aja botolnya” kata dia ringan. Sial! Kenapa tadi ga kepikiran! Haha, saya pun kembali ke dapur, langsung nunjuk tekonya, dan voila! Saya dapat air minum gratis satu teko tanpa harus beli kayak si bule cewek tadi. Hehe

       Mengetahui (beberapa kata dari) bahasa di daerah yang kita kunjungi sangatlah membantu, selain untuk menghargai kebudayaan setempat juga . Saat hendak pergi ke Thai, tepatnya pulau Phi Phi, supir minivan yang membawa kami itu asli orang Thai, dan bahasa Inggrisnya pun parah. “Where go?” dia bertanya pada saya. “Phi Phi Island” jawab saya mantap. Dahinya seketika mengerut, menuntut saya untuk berkata ulang, “Phi Phi Island” kata saya berkali-kali, namun dia masih saja ga ngerti. “Koh Phi Phi” kata saya lagi, karena setau saya, koh itu artinya pulau dalam bahasa Thai, dan dia pun ngerti . Hehehe. Karena kejadian ini, saya pun belajar menyapa dalam bahasa Thai saat singgah di Hat Yai. Tapi tetap aja kagok. Saat kelalang-keliling pulau Phi Phi di pagi hari yang cerah, penduduk setempat menyapa saya dengan bahasa Thai sambil merapatkan kedua tangannya didepan dada. Karena udah belajar tata cara menyapa dalam tradisi Thai, saya hendak membalas. Tapi, ya itu, kagok . Saya pun hanya membalas yeah, em, good morning. Waktu ngeliat orang Thai yang tinggal dipulau itu pun rasanya familier sekali; mukanya pada Melayu dan para wanitanya rata-rata pake jilbab. Ya ampun, rasanya saya pengen panggil bang, teh, mbak, mas.

       Em, saya rasa sampai disini dulu jurnal saya kali ini. Bagi teman-teman yang punya pengalaman unik yang bertautan dengan bahasa, ceritakan saja di kolom komentar dibawa, biar makin banyak pengalaman spesifik tersebut di jurnal saya ini 

134 responses to “Pengalaman Lucu Berbahasa

  1. Hehehe, di dunia kerja juga (katanyaaa) kalau sama orang Malaysia lebih prefer pake English. Daripada salah salah paham hihihi~

    Pas kapan ada direktur perus Malaysia gituuu. Gelarnya Ybhg. Yang berbahagia -,-

      • wah.. susah nto kalo ngajak orang kampung berlibur kesana. pasti mereka banyak tanya dan ribut sendiri. Harus jelasin arti kereta lahhh… bogor nto apa lah.. and many other,.,, heehee
        BTw, dalam acara apa nhe ko kemarin bisa jalan2 bgt? berapa banyak ngabisin fulus kalo mau ke singapur n malaysia??

      • hehe, orang kota yang liburan ke Kampung juga pasti kebingungan, soalnya didaerah biasa pakai bahasa daerah..
        jadi orang kota cuma clingak-clinguk doank, 😆 😆 “sama seperti saya kalo mudik ke Ambon*
        Melancong aja bro, ga dalam rangka apa2, hanya ingin membuktikan, bisa ga saya melancong sendirian keluar negeri
        😉

  2. wah kalau saya belum pernah melancong ke laur negeri, masih sebatas melancong domenstik saja. Tapi lucu juga pengalamannya dengan orang melayu.. “Pusat Perbaikan Hawa Dingin Kereta”.. he he lucu aja..

    cuma yang mungkin bahasa kita oleh orang luar juga mungkin dirasa aneh juga…

  3. Saya punya dua bahasa universal yg bisa digunakan dimana saja: Excuse me atau I’ll beg your pardon. Kalau orang cukup lama berhadapan dengan saya biasanya mereka langsung mengerti: saatnya pakai bahasa tarzan

  4. Salam kenal bro, ternyata sa dapat teman baru orang papua yg tinggal di bogor nih,haha..

    Sa Yudhi bro, dari Jayapura tapi sekarang di bandung,hehehe..

    Ko dulu tinggal di Jayapura ka?, daerah mana?,

    Oia bro kalo mo pi melancong ajak sa dulu, sa juga mati melancong, tapi kalo sendiri kayanya kurang asik!,
    Ajak-ajak e kalo melancong 😉

    Ini sa pu laman http://yudhimovic.blogspot.com
    Main2 eee!!!

  5. kagak usah jauh2 dah bang.. di daerah saya tinggal pun ada 3 bahasa yang digunakan, bahasa Palembang (bahasa inti) dan bahasa komering serta bahasa ogan (dua-duanya bahasa daerah/suku).. yang satu provinsi, satu daerah aja bisa kagak nyambung, apalgi yang beda negara.. tapi kereeennn ahh, kapan saya bisa melancong kek gitu..

  6. Yup, idem sama Dhe. Saya juga nggak usah jauh-jauh ke Malaysia, cukup ikut suami aja mudik ke Palembang dan akasan ya kagok ngobrol sama keluarga suami, hahaha..
    Saya sampai harus menghilangkan kata “ngaco“ dari perbendaharaan kata saya, soalnya kata itu punya arti nggak senonoh dalam bahasa Palembang 😀

  7. hhahahaa,, terkadang memang kita harus mempelajari bahasa isyarat jika bahasa yang kita gunakan tidak dimengerti oleh lawan bicara kita seperti contoh kasus di atas : nunjukin teko pertanda minta air,, hahahaha.. kocak

  8. hwehehe klo bahasa melayu sih gampang bang, banyakin aja nonton upin ipin haha,,, lagian temen2 melayu saya banyak jadi yaaa uda kebiasa sih yak. Memang beberapa bahasa melayu klo terdengar lucu di bahasa kita, tapi mereka juga berpikir sebaliknya, bahasa kita lucu di mata mereka hehehe… contoh di sini karyawan klo di sana kaki tangan, mereka bilang apa sih karyawan, susah amat, kaki tangan lebih mudah. yahh kita dijajah belanda di dia dijajah inggris, jadi perbendaharaan kita dalam vokal dan tulisan juga beda karena terpengaruh kolonial masa lalu.

    Klo bhs melayu disana lebih berpegang teguh kepada akar bhs melayu, klo punya kita nggak, lebih dinamis. ahh kok tambah panjaaang yak komennya hahaha…

    indonesia: need –> butuh, tapi klo disana alat kelamin laki2 alias burung
    indonesia: pass through –> lewat, klo melayu liwat itu sodomi hahaha

    tuh lucu kan 🙂

    wah jadi ide mau posting tentang sejarah bahasa kita hahaha

    • kalo menurut saya sih bukannya lucu, tapi ini bertautan dengan konsep bahasa itu sendiri
      bahasa kan kesepakatan..mereka sepakat ‘butuh’ itu artinya ‘kemaluan cowok’
      sedangkan di kita sepakat ‘butuh’ itu artinya ‘perlu’
      jadi, ya, kembali lagi, ini hanya masalah ‘kesepakatan’
      😉
      thanks for sharing bro 😉

  9. Ngomongin soal bahasa emang gak ada habis2nya, selalu aja ada keunikan tersendiri yang ingin dibahas 😀
    Ah..kapan ya saya bisa melancong keluar negeri?
    Hmmm…tiket Jayapura – Jakarta aja lebih mahal daripada Jakarta – Singapura atau Jakarta – Malaysia 😀

  10. Oii pace ganteng!!! kunjungan balik lagi nih,haha..

    Eh Bogormu dmn?, sa minggu lalu ada ke bogor padahal.
    Sa baru buka sa pu blog lagi jadi, ko pu komen sa baru baca.
    Makannya sa langsung meluncur kemari. 😀

    Ko ada Facebook atau Twitter begitu ka?, da pu nama apa?,
    Biar tong gampang baku kontak..

    Kalo sa pu FB sama Twitter ada di sa pu blog,,
    Sa Twitter tu yg gambar burung, trus FB tu yang ada sa pu nama dibagian footer!,

    http://yudhimovic.blogspot.com

  11. Oii pace ganteng!, kunjungan balik lagi ni.. haha,
    Baru buka blog lagi jadi, makannya langsung meluncur kemari.

    Eh ko ada FB ato Twitter ka?,

    Kalo sa punya FB dan Twitter ada di sa pu blog!,
    Ko add sa pu FB e..
    Follow sa Twitter juga, 😉

  12. hahaha,, pengalamannya asik juga. Tapi ada satu hal yg bkin Mia tertawa dg perbedaan bahasa melayu sana. Yaitu rumah sakit Bersalin jadi rumah sakit korban jantan. gkgkgkgkgk…

    lain kali, kalo orgnya ga ngerti, pake bhs tarzan aja. bhs universal itu hahahaa

  13. wah postingan ini buat saya iri,,:(
    suatu saat nanti ane bakal keliling dunia…hehe

    bahasa melayu itu rada aneh sih..:D

  14. wah enak ya bisa jalan-jalan keluar negeri, di asramaku ada mahasiswa thailand juga sih… tapi jarang banget ada yang mau belajar bahasa mereka…
    kalau dengar bahasa orang asing itu kedengaran lucu ya

  15. Iya, orang Malaysia emang prefer pake bahasa inggris. Saya pernah sekantor sama beberapa orang Malaysia. Btw, kalo ‘Koh Phi’ panas ada ngga di sana? Soalnya saya penggemar ‘Koh Phi’. Xixixixi……

  16. Aaahhh bahasa malaysia emang beda kok melayunya.. Sedangkan aku yang orang melayu asli aja waktu ke serawak gak ngerti dengan apa yang mereka omongkan.. Diajak ngomong inggris juga mereka jarang yang bisa di khucing itu. Cuma separoh2 aja ngomong inggrisnya.. hehehehe

  17. wah pengalaman yang seru sob, jadi pingin ikut melancong ke luar negeri nich. he..he..semoga suatu saat nanti bisa mengikuti jejak sobatku nich. jadi pelancong NEKAT. ^_^

  18. wah, pengen jalan ke negara-negara jauh juga jadinya, hem.,saya hanya ingin ke negara yang ada salju, pernahkah abang kesana? ceritalah, hehe 😀

  19. Kalau teteh mah pernah malu di negara sendiri, bhs. Jerman itu penulisan dgn pengucapan sama, nah Butter itu ya dibaca butter bukan bater, giliran tanya dimana bisa beli Butter ke pelayan swalayan… dibilangnya begini “Bater mbak bukan butter” 😀
    Pikiran dia..”iiihh sok berbahasa Inggris tapi ndak bisa..belaguuuu”
    teteh cuma cengar cengir doang jadinya ;))

    • Hihihi. Pasti begitu tuh yang ada di pikirannya dia.

      Waktu di Bogor dulu, saya juga pernah malu karena penggunaan bahasa. Kalau di Jayapura kan angkot tuh disebut taksi. Jadi pas habis belanja di swalayan bareng temen, kembalian dua ribu Fier kantongin sambil bilang “Untuk ongkos taksi”. Jiahhhh, Fier malah diledekin sama temen. Mana ada taksi ongkosnya 2 ribu, buka pintu aja 5 ribu. padahal yang dimaksud Fier tuh angkot. :mrgreen:

  20. hahaha…coba deh k padang 😀 trus ke pedesaannya..tanya ke orang yg lagi nanem padi d sawah pake bahasa Indonsia EYD, pasti bakalan ngakak abs itu..tp bahasa Minang lumayan gampang dplajari kok 😀

    • Kok bisa ngakak? Mereka mengerti bahasa Indonesia ga yang di pedesaan? Dosen saya ada yang asli orang Padang, dan dia bangga sekali akan hal itu. Di sana bahasa pengantarnya bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia?

      • pengantar maksudnya? kalo pengantar adat sih pake petatah petitih ‘n kalo km datang ksini sbgt duta papua, bakal dsambut sama tari galombang atau pasambahan…hehehe
        bahasa sehari2 dsini sih bahasa minang… tapi kalo org padang kota ketemu org luar yg ngajak bahasa indonsia langsung pake bahasa nasional..kalo anak2 kampus sama sekolahan sehari2 kbanyakan pake bahasa nasional gaul

      • Iya, maksudnya bahasa yang digunakan setiap hari. Wah, wah, adat Minang tampaknya meriah banget ya. Dari baju adatnya aja udah heboh sekali. Ya, itu lah gunanya BI, bisa satukan perbedaan suku. Bahasa gaulnya seperti apa?

  21. Bahasa jakarta gaul..tapi aksen minanya kental banget..lucu deh! hehehe..
    tp, kalo ketemu sesama yg akrab brubah jadi bahasa Indomi tuuuh… (Indonesia Minang)hahaha..
    kayak gini.. Transformasinya (bahasa gaul=bahasa minang standar=indomi)
    1.Lo mau kemana?= Nio kama?=Kama Lu?
    2.gue nggak pernah iat hp lo!=awak ndak panah mancaliak hp situ doh!=gue nggak ada caliak2 hp lu!
    3. Eh, ternyata kita sama, ya!=ee..samo wak maqh!=ee..sama kita!
    hahaha..gitu deh

    • Wah, ternyata udah kreol ya. Kalau di Jayapura punya bahasa gaul sendiri. Singkat dan padat.
      Saya=Sa, Kamu=Ko, Dia=Da, Kalian =Kam, Mereka = Dong
      Punya=Pu, Sudah =Su, Kasih=Kas, Tidak=Tra, Pergi=Pi

      “Sa mo pi ke da pu rumah, tapi da pu kakak bilang da tra ada di rumah” = “Saya mau pergi ke rumahnya, tapi kakaknya bilang dia lagi ga ada di rumah”

      Struktur bahasanya pun mirip bahasa di Eropa.
      Ibunya Luxi ada di dapur (BI)>>Luxi’s mother is in the kitchen(BE)>>Luxi pu mama ada di dapur (Jayapura)

      • hahaha..contoh yg prtama itu bahsa indonesia tuhh??ckckc…singkat padat ya..coba kampanye ky gitu..hehehe
        hmm…oke nih..bisa bljr bahasa jayapura..btw, bisa bahasa suku sana dunk 😀

      • Ga bisa disebut BI juga sih, soalnya udah kreol. Belum ada istilah khusus, tapi saya pribadi menyebutnya bahasa Melayu Jayapura. Yap, bahasa di sini singkat sekali, aksennya pun cepat.
        Wah, di sini ga ada pelajaran bahasa daerah. Jadinya saya ga bisa berbahasa suku di sini.

      • hahaha..emangnya anak2 sana nomong sesamanya nggak pake bahasa daerah??? kalo di sini pake..kecuali buat yg formal dan gaul..atau kelewat alay..hehehe
        btw???melayu jayapura???lhoo…emg dsana ada melayu jg yak?

      • Ga, anak2 di sini ngomongnya Melayu Jayapura (Ini hanya istilah yang saya gunakan secara pribadi untuk merujuk pada bahasa di sini)
        Ya, sebenarnya hampir seluruh orang Indonesia masih berbicara bahasa Melayu, tapi yang sudah dilokalisasi karena bahasa yang dipakai setiap hari sangat jauh berbeda dengan kaidah Bahasa Indonesia; Kita hanya memakai Bahasa Indonesia saat mempelajarinya, Seminar, Rapat, Pidato, dan konteks formal lainnya. Kalimat “Gue diketawain sama anak-anak” adalah Melayu Betawi, kalau diterjemahkan ke Bahasa Indonesia kan “Saya ditertawakan oleh teman-teman”. Begitu pun kata Sa, Ko, Da, Kam, tong, Dong; ga ada dalam KBBI, jadi ga bisa disebut Bahasa Indonesia.

Leave a reply to Noer Cancel reply